Senin, 20 September 2010

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KLEGO

PROPOSAL
HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KLEGO
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Semester Empat
Mata Kuliah Penelitian Kuantitatif
Dosen Pengampu: Dr. Budi Setiawan








Disusun Oleh:
IKA RAHAYU SUSILANINGSIH
K1207020


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menulis adalah suatu bentuk komunikasi yang proses pemikirannya dimulai dengan memikirkan gagasan yang akan disampaikan kepada pembaca. Menulis merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan siswa di sekolah karena semua pelajaran pasti memanfaatkan kegiatan menulis sebagai sarana transfer informasi. Oleh karenanya, menulis merupakan salah satu alat penting dalam proses belajar mengajar termasuk dalam bidang studi Bahasa Indonesia.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Tarigan (1984: 4) yang mengemukakan bahwa peranan menulis dalam dunia pendidikan yaitu (1) memudahkan siswa berpikir kritis; (2) memudahkan siswa dalam merasakan dan menikmati hubungan-hubungan; (3) memperdalam daya tangkap atau persepsi siswa; dan (4) menjelaskan pikiran-pikiran, ide atau gagasan.
Dari pendapat Tarigan tersebut kita ketahui bahwa kemampuan menulis bagi siswa merupakan hal yang penting, namun pengajaran menulis di sekolah sering kali tidak seimbang dengan pengajaran berbahasa sehingga kemampuan menulis siswa tidak maksimal. Pengajaran kemampuan berbahasa sering hanya ditekankan pada pengetahuan kebahasaan dan kurang dilatih sehingga hasil karangan siswa kurang baik terlihat dari banyak pilihan kata yang kurang tepat, kalimat kurang efektif, sukar mengemukakan gagasan, karena kesulitan membuat kalimat, kurang mampu mengembangkan ide secara teratur dan sistematis (Sabarti, 1990: 5).
Salah satu kajian menulis yang dipelajari dalam mata pelajaran bahasa Indonesia adalah menulis puisi. Untuk dapat menulis puisi dengan baik maka diperlukan penguasaan diksi dan gaya bahasa secara baik pula. Hal ini disebabkan karena menulis puisi berbeda dengan keterampilan menulis yang lainnya yang tidak begitu mementingkan gaya bahasa. Dalam menulis puisi, gaya bahasa dan pemilihan kata yang tepat justru menjadi hal yang sangat penting.
Bertolak dari faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan menulis puisi di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji ada tidaknya hubungan antara penguasaan diksi dan gaya bahasa dalam kaitannya dengan menulis puisi pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Klego.
B. Identifikasi Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, penulis mengidentifikasikan adanya beberapa masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Masih terbatasnya penguasaan diksi siswa dalam menulis puisi.
2. Masih terbatasnya penguasaan gaya bahasa siswa dalam menulis puisi.
3. Banyak siswa yang kesulitan ketika ditugasi untuk menulis puisi.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada, agar permasalahan dapat dikaji secara mendalam, peneliti membatasi penelitian hanya pada aspek-aspek berikut ini:
1. Hubungan antara penguasaan diksi dan kemampuan menulis puisi.
2. Hubungan antara penguasaan gaya bahasa dan kemampuan menulis puisi.
3. Hubungan antara penguasaan diksi dan gaya bahasa secara bersama-sama dengan kemampuan menulis puisi.

D. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara penguasaan diksi dan kemampuan menulis puisi?
2. Apakah terdapat hubungan antara penguasaan gaya bahasa dan kemampuan menulis puisi?
3. Apakah terdapat hubungan antara penguasaan diksi dan gaya bahasa secara bersama-sama dengan kemampuan menulis puisi?







E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. terdapat tidaknya hubungan antara penguasaan diksi dan kemampuan menulis puisi;
2. terdapat tidaknya hubungan antara penguasaan gaya bahasa dan kemampuan menulis puisi;
3. terdapat tidaknya hubungan secara bersama-sama antara penguasaan diksi dan gaya bahasa dengan kemampuan menulis puisi.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat memperkaya khasanah keilmuan dalam hubungan antara penguasaan diksi dan gaya bahasa dengan kemampuan menulis puisi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa, untuk menambah wawasan dan pengetahuan siswa mengenai diksi, gaya bahasa, dan menulis puisi sehingga dapat berfungsi sebagai sarana untuk pemacu dalam memperbaiki diri.
b. Bagi Guru, untuk memperluas dan memperdalam pemahamannya sehingga dia dapat memberikan metode pengajaran menulis puisi yang tepat dengan menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu rujukan.










KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Hakikat Diksi
a. Pengertian Diksi
Diksi biasa juga disebut pilihan kata. Keraf (2000: 23) mendefinisikan pengertian pilihan kata atau diksi ini dalam tiga pengertian, yaitu (1) pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagaasan, bagaimana membentuk pengelompookan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam satu situasi; (2) pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar; (3) pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diksi diartikan pilihan kata yang tepat dan selaras (dulu pengggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).
Kata merupakan alat penyalur gagasan, hal ini memiliki pengertian bahwa semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya. Mereka yang menguasai banyak gagasan atau dengan kata lain mereka yang luas kosa katanya dapat dengan mudah dan lancar mengadakan komunikasi dengan orang lain baik secara lisan maupun tulis.

b. Ketepatan Pilihan Kata
Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan penulis atau pembaca (Keraf: 2000: 87). Untuk mencapai ketepatan pilihan kata, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
1). Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi
Dari dua kata yang mempunyai makna yang mirip satu sama lain harus ditetapkan kata mana yang akan dipergunakan untuk mencapai maksud yang diinginkan.
2). Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim
Penulis harus berhati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada agar tidak timbul interpretasi yang berlainan.
3). Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya
4). Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri
5). Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang menggunakan akhiran asing tersebut
6). Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis
7). Untuk menjamin ketepastan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan kata umum dan kata khusus.
Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum
8). Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukkan persepsi yang khusus
9). Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal
10). Memperhatikan kelangsungan pilihan

c. Kesesuaian Pilihan Kata
Kesesuaian pilihan kata mempersoalkan apakah pilihan kata yang digunakan tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan orang yang hadir. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kata-kata yang digunakan tidak akan mengganggu suasana, dan tidak akan menimbulkan ketegangan antara penulis dengan pembicara dengan para hadirin atau para pembaca, antara lain:
1). Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur-unsur substandar dalam suatu situasi yang formal.
Bahasa standar adalah semacam dialek kelas dan dapat dibatasi sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat (Keraf: 2000: 104).
2). Gunakan kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja.
Dalam situsi yang umum lebih baik dipergunakan kata-kata populer.
3). Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum
Jargon merupakan bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai untuk suatu sasaran yang umum. Oleh karena itu dihindari sejauh mengkin unsur jargon dalam sebuah tulisan umum (keraf: 2000: 107).
4). Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata asing.
5). Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan
Kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang-orang yang terdidik (Keraf: 2000: 107).
6). Hindarilah ungkapan-ungkapan unsur (idiom yang mati)
Yang disebut idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yangt membentuknya (Keraf: 2000: 109).
7). Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial
Yang dimaksud bahasa artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni (Keraf: 20000:110). Bahasa yang artifisial tidak terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam pemakaiannya untuk menyatakan suatu maksud.

2. Hakikat Gaya Bahasa
a. Pengertian Gaya Bahasa
Keraf (2000: 113) mendefinisikan pengertian gaya bahasa seagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang khas dengan memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
Maulana (dalam http://firman94.multiply.com) mendefinisikan gaya bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Kekhasan dari gaya bahasa ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak secara langsung menyatakan makna yang sebenarnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia gaya bahasa diartikan (1) pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; (2) pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu; (3) keseluruhan ciri-ciri ahasa sekelompok penulis sastra; (4) cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis dan lisan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah cara dalam pengungkapan gagasan pengarang yang digunakan dengan media bahasa agar menimbulkan keindahan yang akan menunjukkan sikap dan kepribadian pengarang.

b. Ragam Gaya Bahasa
Keraf (2000:116) membagi gaya bahasa menjadi empat, yaitu (1) gaya bahasa berdasarkan pilihan kata; (2) gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana; (3) gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat; (4) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna.
1). Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata
Gaya bahasa ini membahas ketepatan dan kesesuaian dalam situasi-situasi tertentu. Kata yang paling tepat untuk posisi dalam kalimat dan tepat tidaknya pemakaian kata tersebut dari lapisan pemakai bahasa dalam masyarakat. Gaya bahasa ini meliputi gaya bahasa resmi, tidak resmi dan percakapan.
2). Gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana
Gaya bahsa ini didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Gaya bahasa ini meliputi gaya sederhana, mulia dan bertenaga, serta menengah.
3). Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
Struktur kalimat bersifat periodik, kendur, dan berimbang. Periodik apabila bagian yang terpenting mendapatkan penekanan di akhir kalimat. Kendur apabila penekanan dilakukan di awal kalimat. Berimbang apabila dua bagian kalimat atau lebih memiliki kedudukan sederajat. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dibagi atas klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis, dan repetisi.
4). Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
Gaya bahasa ini sering disebut “trope” yang berarti penyimpangan. Gaya berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makna yaitu acuan yang dipakai masih mempertahankan makna denotasi atau sudah ada penyimpangan. Gaya bahasa ini dibagi menjadi dua yaitu gaya retoris dan gaya kiasan.

3. Hakikat Menulis Puisi
a. Hakikat Menulis
Menulis merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa selain menyimak, berbicara, dan membaca yang perlu dikuasai oleh siswa. Menulis merupakan kemampuan berbahasa yang berfungsi untuk menyampaikan infiormasi secara tertulis. Dalam menulis dituntut lebih banyak persyaratan dan dianggap lebih sulit daripada kemampuan berbahasa yang lain, misalnya kemampuan berbicara.
Ada berbagai macam pengertian menulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menulis adalah (1) membuat huruf dengan pena (pensil, kapur); (2) melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang atau membuat surat) dengan tulisan; (3) menggambar; (4) melukis; (5) membatik. Menulis merupakan kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan, menyampaikannya melalui bahasa tulis.
Semi (1990:8) menyatakan menulis atau mengarang merupakan pemindahan pikiran atau perasaan dalam bentuk lambang-lambang bahasa. Lambang-lambang bahasa ini berbentuk tulisan yang berisi pesan atau gagasan penulis agar bisa dipahami pembaca.
Tarigan (1993: 21) menyatakan menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa menulis merupakan kegiatan mengungkapkan ide, gagasan, pikiran atau perasaan menggunakan bahasa tulis.
Azzaini (dalam http://jamil.niriah.com/) mengemukakan tujuh manfaat menulis, yaitu:
1. Mengurangi stres
Menurut James W Pennebaker, Ph.D., Professor of Psychology dari University of Texas dan penulis buku “Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotions“, kondisi mental orang-orang yang terbiasa mengekspresikan emosi atau unek-unek dengan menulis, lebih stabil dibandingkan orang-orang yang tidak biasa menulis.
2. Membantu menemukan jalan hidup
Harvard Business School pernah melakukan penelitian tentang hubungan antara memiliki cita-cita & menuangkannya dalam bentuk tulisan, dengan pencapaian cita-cita tersebut. Hasilnya, sebagian besar responden (84%), ternyata tidak punya cita-cita. 13% punya cita-cita tapi tidak menuliskannya. Dan hanya segelintir orang, yaitu 3%, yang punya cita-cita dan menuliskannya.
3. Menjaga semangat dan komitmen
Setiap tulisan yang kita buat akan mengingatkan kita pada komitmen-komitmen yang telah kita buat, dan itu adalah obat yang sangat baik untuk membangkitkan semangat yang kerap kali pudar di tengah jalan.
4. Mencari dan memperkaya inspirasi
Menulis tentang sesuatu akan mendorong kita untuk mencari hal-hal yang akan memperkuat materi penulisan, googling/searching akan segera menjadi kata yang akrab bagi orang yang hobi menulis, atau minta pendapat dari orang lain yang lebih ahli.
5. Mendatangkan passive income
Tulisan yang baik sangat bisa dijadikan buku, dan diterbitkan, dan dijual. Sebut sajalah berjudul-judul buku yang diambil dari buku harian atau kumpulan posting di blog, atau dari kumpulan kertas tissue yang digunakan JK Rowling waktu menulis naskah cerita di cafe-cafe. Tak heran kalau Andrea Hirata mendapat royalti lewat Rp1M dari Laskar Pelanginya.
6. Meningkatkan kreativitas
Menulis yang rutin dan sinambung, lama-kelamaan akan mendorong kita untuk terus menggali lebih dalam bagaimana cara menulis yang baik, penyampaian yang sistematis, dan gaya penulisan yang menarik.
7. Menyimpan memori
Rasanya ini adalah salah satu “tujuan utama” sebagian orang menulis, baik itu buku harian ataupun blog harian. Terlalu banyak kisah hidup dan aktivitas keseharian yang sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja, tanpa dibungkus dalam album yang setiap saat bisa dibuka-buka kembali.

b. Pengertian Puisi
Puisi adalah bentuk kesusastraan yang paling tua. Pengertian puisi sampai saat ini masih sulit untuk didefinisikan. Kata ”puisi” berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti ”penciptaan”. Dalam bahasa Inggris padanan kata ”puisi” adalah poetry yang erat hubungannya dengan kata poet dan poem. Coulter dalam Tarigan (1984:4) menjelaskan kata poet berasal dari kata Yunani yang berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa.
Menurut Soedarmo dalam Pradopo (1997) puisi adalah karangan yang terikat oleh banyak baris dalam tiap bait, banyak kata dalam tiap baris, banyak suku kata dalam tiap baris, rima, dan irama. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Menurut Abercrombie dalam Tarigan (1984:7) puisi adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa yang mempergunakan setiap rencana yang matang dan bermanfaat (poetry is the ekspression of imaginative experience valued simply as such and significant as such, in the cominicable state given by language which employs every avaiable and appropriate device).
Pendapat lain tentang puisi dikemukakan oleh Johnson dalam Waluyo (1987:23), menurutnya puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan yang penuh daya yang berpangkal pada emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian.
Dengan demikian, puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair yang diwujudkan dalam susunan kata-kata yang memiliki makna dan amanat yang ingin disampaikan kepada para pembacanya.
c. Unsur-unsur Puisi
Waluyo dalam bukunya yang berjudul Teori Dan Apresiasi Puisi (1987:4) menyatakan pada pokoknya puisi dibangun oleh dua unsur pokok, yakni struktur fisik dan struktur batin atau struktur makna. Struktur fisik puisi disebut juga metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun struktur luar puisi. Unsur-unsur tersebut yaitu diksi, pengimajinasian, kata konkret, bahasa figuratif (majas), versivikasi, dan tata wajah puisi. Unsur-unsur ini dapat ditelaah satu per satu, tetapi unsur-unsur ini merupakan satu kesatuan yang utuh. Sedangkan struktur batin atau struktur makna mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya.
Richard dalam Tarigan (1993:9) menyatakan bahwa suatu puisi mengandung suatu makna keseluruhan yang merupakan perpaduan dari tema penyair (yaitu mengenai inti pokok puisi itu), perasaan (yaitu sikap sang penyair terhadap bahan atau objeknya), nada (yaitu sikap sang penyair terhadap pembaca atau penikmatnya), dan amanat (yaitu maksud atau tujuan sang penyair).
Hartoko dalam Waluyo (1987:27) menyebut adanya unsur penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah struktur batin puisi, sedangkan unsur sintaksis menunjuk pada strukur fisik puisi.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa puisi terdiri dari unsur-unsur pembentuknya. Unsur-unsur tesebut meliputi tema, nada, rasa, amanat, diksi, imaji, bahasa figuratif, kata konkret, ritme dan rima. Unsur-unsur tersebut saling terikat dan merupakan satu kesatuan yang utuh.



B. Kerangka Berpikir
Salah satu kemampuan berbahasa yang penting untuk dikuasai siswa adalah kemampuan menulis. Dengan menulis, bebagai gagasan dan pengalaman siswa dapat dikomunikasikan ke semua pihak. Gagasan yang akan dikomunikasikan dalam bentuk puisi memerlukan banyak aspek kebahasaan, antara lain diksi dan gaya bahasa.
Dalam kegiatan menulis, diksi memiliki peranan penting. Baik tidaknya suatu tulisan saat dipengaruhi oleh diksi yang digunakan penulisnya. Siswa yang memiliki penguasaan diksi yang tinggi akan dapat membuat tulisan dengan baik dibandingkan siswa yang memiliki penguasaan diksinya rendah.
Berdasarkan gambaran di atas dapat dikatakan bahwa penguasaan diksi diduga memiliki hubungan yang positif dengan keterampilan menulis puisi.
Penguasaan gaya bahasa dalam kegiatan menulis puisi juga merupakan faktor yang penting karena dengan menguasai gaya bahasa dengan baik siswa akan dapat mengungkapkan ide atau gagasannya kepada orang lain dalam bentuk puisi secara baik pula.
Berdasarkan gambaran di atas, dapat dikatakan bahwa penguasaan gaya bahasa diduga juga memiliki hubungan yang positif dengan keterampilan menulis puisi. Penguasaan diksi dan gaya bahasa tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan menulis puisi karena keduanya saling melengkapi.
Berdasarkan uraian di atas dapat dapat disimpulkan bahwa penguasaan diksi dan gaya bahasa berpengaruh terhadap keterampilan menulis puisi siswa. Hubungan itu dapat digambarkan seperti bagan berikut:









C. Hipotesis
Berdasrkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan positif antara penguasaan diksi dan kemampuan menulis puisi.
2. Terdapat hubungan positif antara penguasaan gaya bahasa dan kemampuan menulis puisi.
3. Terdapat hubungan positif secara bersama-sama antara penguasaan diksi dan gaya bahasa dengan kemampuan menulis puisi.























METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Klego tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni sampai bulan Agustus 2009. Adapun rincian waktu dan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian
No Rincian waktu Juni Juli Agustus
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul dan pengajuan proposal x x
2 Konsultasi proposal x
3 Perizinan x
4 Pengambilan data x x x x
5 Pengolahan dan analisis data x x x x
6 Pembuatan laporan x x

B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan jenis penelitiannya adalah deskriptif korelasional yang berupaya untuk mengemukakan ada tidaknya hubungan antara penguasaan diksi dan gaya bahasa sebagai variabel bebas dengan kemampuan menulis puisi sebagai variabel terikat pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Klego.


C. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah sisiwa kelas VII SMP Negeri 1 Klego yang terdiri dari lima kelas.
2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas VIIA sebanyak 40 siswa. Teknik yang digunakan dalam mengambil sampel adalam menggunakan teknik simple random sampling yaitu penarikan sampel secara acak.

D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini instrumen atau alat yang digunakan untuk memperoleh data adalah tes.
a. Tes objektif
Tes objektif ini digunakan untuk mendapatkan data tentang penguasaan diksi dan gaya bahasa pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Klego.
b. Tes esai
Tes esai digunakan untuk mendapatkan data tentang keterampilan menulis puisi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Klego .

E. Validitas Instrumen
Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini untuk mengukur validitas instrumen tes penguasaan diksi, gaya bahasa dan kemampuan menulis puisi siswa digunakan validitas internal, yakni mengukur keabsahan atau kevalidan dari butir-butir pertanyaan yang disediakan dalam butir pertanyaan yang secara statistik digunakan rumus korelasi Point Biserial dengan rumus:

Keterangan:
Xi: rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir ke-i
Xt: rata-rata skor total semua responden
St: standar deviasi skor total
pi: proporsi jawaban benar untuk butir ke-i
qi: proporsi jawaban salah untuk butir ke-i
rpbi: koefisien korelasi point biserial

F. Reabilitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan reliabel atau memiliki taraf keajegkan tinggi jika instrumen tersebut dikerjakan oleh siswa yang sama dalam waktu yang berbeda hasilnya relatif tetap. Dalam peneletian ini untuk mengukur reliabilitas tes penguasaan diksi, gaya bahasa dan kemampuan menulis puisi siswa digunakan rumus Kuder Richardson-20 (KR-20). Rumus ytang dimaksud adalah sebagai berikut:

Keterangan:
r: koefisien reabilitas internal seluruh item
n: jumlah butir tes yang valid
p: proporsi jawaban yang benar
q: proporsi jawabab yang salah
St: standar deviasi skor total
St2: varians skor total

G. Hipotesis Statistik
Sebelum analisis data dilakukan perlu dirumuskan hipotesis statistik penelitian ini sebagai berikut:
1. Hipotesis Pertama
a. H𝟶: 𝜌y.1 = 𝟶
b. H1 : 𝜌y.1 > 0
2. Hipotesis Kedua
a. H0 : 𝜌y.2 = 0
b. H1 : : 𝜌y.2 > 0

3. Hipotesis Ketiga
a. H0 : 𝜌y.12 = 0
b. H1: : 𝜌y.1

H. Teknik Analisis Data
1. Menguji garis regresi
Untuk menguji persamaan garis regresi sederhana dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Persamaan y terhadap x1
Y = a + bx1
Persamaan y terhadap x2
Y = a + bx2
Sedangkan untuk menguji persamaan garis regresi ganda, adalah sebagai berikut:
Y = a + bx1 + cx2
2. Menghitung koefisien korelasi
Untuk menghitung koefisien korelasi sederhana ( Y terhadap x1 ataupun Y terhadap x2) menggunakan rumus korelasi produk moment yang rumusnya:
rxy =
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variable x dan y
x = Skor masing-masing
y = Skor total
N = Jumlah individu dalam sampel
Untuk menguji koefisien korelasi ganda ( Y atas x1 dan x2) menggunakan rumus sebagai berikut:



Sebelum menguji hipotesis lebih dulu dilakukan uji persyaratan analisis yang terdiri dari uji normalitas dengan menggunakan rumus Lilifors, uji linieritas, dan keberartian data dengan menggunakan teknik statistik anaya (anaya varians).

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, dkk. 1990. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Airlangga

Atar Semi. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya
Firman Maulana. 2009. Gaya Bahasa (Majas). http://firman94.multiply.com. Diakses tangggal 22 Juni 2009 Jam 09:30
Herman J. Waluyo. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press
Jamil Azzaini. 2009. 7 Kedahsyatan Menulis Dalam http://jamil.niriah.com/ (Diakses Tanggal 10 Mei 2009)
Keraf, Goris. 2000. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Thesis. Bandung: Alfabeta
Rachmat Djoko Pradopo. 1997. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa
Yuli Purwanti. 2006. Skripsi. Penggunaan Gaya Bahasa dalam Novel “Setitik Kaut Selakksa Cinta” Dan “ Setangkai Puisi Cinta” Karya Izzatul Jannah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar